MANAJEMEN PIUTANG
Pengertian Piutang
Piutang adalah tagihan kepada pihak
lain dimasa yang akan datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu. Walaupun
pada dasarnya semua perusahaan dagang/industri menginginkan penjualan cash,
tetapi karena adanya keterbatasan daya beli masyarakat, atau alasan lainnya
dilakukan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit akan dapat
meningkatkan omset penjualan, akan tetapi memiliki resiko tertundanya
penerimaan kas, sehingga membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu dapat
juga mengakibatkan kerugian karena menunggak atau bahkan tidak tertagih.
Semakin lama piutang tertunggak akan semakin besar investasi yang dibutuhkan.
Piutang, salah satu jenis transaksi
akutansi yang mengurusi penagihan konsumen yang berhutang pada seseorang, suatu
perusahaan, atau suatu organisasi untuk barang dan layanan yang telah diberikan
pada konsumen tersebut. Pada sebagian besar entitas bisnis, hal ini biasanya
dilakukan dengan membuat tagihan dan mengirimkan tagihan tersebut
kepada konsumen yang akan dibayar dalam suatu tenggang waktu yang disebut
termin kredit atau pembayaran.
Langkah-Langkah
Manajemen Piutang :
- ·
Penetapan
Kebijakan Kredit
- ·
Pemantauan
- ·
Analisis Perubahan Kebijakan
Piutang Usaha
I.
PENETAPAN
KEBIJAKAN KREDIT
Faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya investasi dalam Piutang :
·
Volume penjualan kredit, semakin besar volume penjualan
kredit, makin besar investasi yang tertanam dalam Piutang
·
Syarat pembayaran (termin), semakin lama masa kredit, semakin
besar invesatasinya.
·
Ketentuan tentang pembatasan kredit, batasan kredit dapat berupa
kuantitatif (plafon kredit, semakin besar plafon kredit perpelanggan makin
besar investasi yang diperlukan) dan kualitatif (selektif terhadap pelanggan
kredit, makin ketat seleksi akan semakin memperkecil investasi dalam piutang).
·
Kebijakan pengumpulan piutang, pengumpulan piutang dapat bersifat
aktif (menggunakan debt collector) pengumpulan piutang lebih tepat waktu tetapi
perlu tambahan biaya pengumpulan piutang, atau pasif yaitu keyakinan bahwa
debitur menepati janji, maka resiko tertunggaknya piutang lebih besar.
·
Kebiasaan membayar dari para langganan, apabila sebagian besar pelanggan
membayar pada masa diskon (termin 2/10;n/30), maka membutuhkan investasi lebih
kecil, tetapi jika pelanggan membayar pada hari ke 30 atau bahkan menunggak,
perlu investasi yg besar
Kebijakan Penjualan
Kredit
Kebijakan
penjualan kredit adalah serangkaian keputusan yang mencakup periode kredit,
standar kredit, prosedur penagihan, dan diskon yang ditawarkan perusahaan.
Menetapkan periode dan
standar kredit
Syarat
kredit adalah suatu ketentuan mengenai periode kredit dan potongan yang
diberikan. Periode kredit adalah jangka waktu kredit yang diberikan kepada
pelanggan. Misalnya 2/10,net 30. Artinya, pelanggan yang membayar dalam jangka
waktu 10 hari akan mendapatkan potongan 2 persen, sedangkan yang lain
diharuskan untuk membayar dalam jangka waktu 30 hari.
Hal-hal yang terkait
dalam pengumpulan piutang & kebijakan kredit adalah:
1. Standar Kredit
Kualitas minimum penilaian kredit
dr peminta kredit yg dpt diterima oleh perusahaan.
Variabel yg hrs dipertimbangkan dlm
pemberian kredit :
a. kualitas piutang dagang yg dpt
diterima
b. jangka waktu periode kredit
c. potongan tunai untuk pembayaran
lebih awal
d. program pengumpulan piutang
2. Termin Kredit
Jangka waktu periode kredit dan
potongan tunai yg diberikan jika dilakukan pembayaran lebih awal
3. Potongan Tunai (cash
discount).Persentase pengurangan pembayaran dari penjualan kotor, karena
pembayaran dilakukan dalam periode diskon.
4.
Default
risk.
Kerugian akibat kemungkinan piutang dagang yang tidak tertagih
karena pelonggaran standar kredit & pelambatan waktu pengumpulan piutang.
5.
Kebiasaan
Membayar para pelanggan àmenggunakan kesempatan diskon /tidak.
Kebiasaan
untuk membayar dg menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount atau tdk
menggunakan kesempatan tersebut.
Standar kredit
Standar
kredit adalah standar yang menetapkan kemampuan keuangan yang harus
diperlihatkan pemohon kredit agar dapat memperoleh kredit. Standar kredit
perusahaan akan diterapkan untuk menentukan pelanggan mana yang mampu memenuhi
syarat kredit umum dan berapa jumlah kredit maksimum untuk setiap pelanggan.
·
Kriteria untuk
menyeleksi permintaan kredit dari langganan
Kebijakan
kredit yang optimal à Marginal cost atas kredit =
Marginal profit penjualan kredit.
·
Marginal cost à
biaya produksi & penjualan.
·
Marginal cost yang
berkaitan dengan penjualan kredit à
biaya atas piutang tak tertagih (bad debt), biaya pengumpulan dan
administrasi piutang , biaya yang tertanam dalam piutang.
Perubahan standar kredit akan mempengaruhi:
·
Volume
penjualan.
Pembeli/calon
langganan akan tertarik membeli barang dalam jumlah yang lebih banyak jika
diberikan tenggang waktu pembayaran yang longgar, atau sebaliknya.
·
Investasi
dalam piutang.
Semakin
longgar periode kredit, semakin besar dana yang tertanam di dalam inventori
barang jadi (piutang).
·
Biaya
piutang ragu-ragu (cost of bad debt).
Kerugian
piutang ragu-ragu berupa ongkos yang harus diperhitungkan sebagai faktor yang
akan mengurangi keuntungan.
Penilaian resiko kredit
Resiko kredit adalah resiko tidak terbayarnya kredit yang
telah diberikan kepada para langganan. Oleh karena itu banyak perusahaan yang
berusaha mengurangi resiko kredit dengan memperhatikan lima “C” sebelum
memberikan persetujuan kredit.
- Character, kemungkinan dari para
pelanggan secara jujur berusaha memenuhi kewajibannya.
- Capacity, pendapat subjektif mengenai
kemampuan pelanggan. Ini diukur dari record tahun sebelumnya, atau dengan
observasi fisik pada pabrik dan toko pelanggan.
- Capital, diukur oleh posisi finansial
perusahaan secara umum, dimana hal ini ditunjukkan dengan analisis ratio
finansiil, khususnya ditekankan pada “tangible networth” perusahaan.
- Collateral, dicerminan dari aktiva yang
dijaminkan bagi keamanan kredit.
- Conditions, menunjukkan pengaruh langsung
dari trend ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan atau perkembangan
khusus dalam bidang ekonomi yang mempengaruhi efek terhadap kemampuan
pelanggan untuk memenuhi kewajibannya.
Langkah-langkah pencegahan resiko tidak tertagihnya piutang.
- Penentuan
besarnya resiko yang akan ditanggung perusahaan, hal ini ditentukan atas
dasar pengalamanpengalaman tahun-tahun sebelumnya. misalnya resiko
ditetapkan 10% dari piutang, jika perusahaan berencana meningkatkan
penjualan dg Rp 100.000 dan akan menyebabkan tambahan biaya Rp 50.000,
maka tambahan keuntungannya adalah sebesar Rp
40.000(100.000-50.000-(10%x100.000))
- Kemampuan
debitur memenuhi kewajibannya, hal ini dapat diukur dengan likuiditas dan
rentabilitas. Selain itu perlu dipertimbangkan “soliditas” (Tingkat kepercayaan pihak luar terhadap suatu perusahaan) :
- soliditas komersiil, kejujuran debitur/direkturnya
dalam memenuhi kewajibannya tepat pd waktunya.
- solidits finansiil, memiliki modal kerja yang cukup
dalam memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya
- soliditas moril, sifat-sifat dan moril yang baik dari
debitur/direkturnya.
·
Membuat klasifikasi kredit tiap pelanggan, hal ini dapat
digunakan daftar analisis umur piutang (aging schedule) sehingga diketahui
sejarah kredit tiap-tiap pelanggan.
·
Mengadakan seleksi calon pelanggan, berdasar sejarah kredit
dapat ditentukan pelanggan mana yang dapat ditambah plafon kredit, diturunkan,
atau tetap.
Perputaran piutang
Perputaran piutang (receivable
turnover) dipengaruhi oleh syarat pembayaran dan kecenderungan debitur untuk
menepati janji pembayarannya. Apabila rata-rata hari pengumpulan piutang lebih
lama dari batas pembayaran, maka cara pengumpulan piutang kurang efisien.
Penjualan secara kredit akan
berdampak positif (kenaikan omset penjualan) dan negatif, seperti kerugian
karena piutang tak tertagih dan atau biaya kesempatan (opportunity cost)
Jenis-Jenis Piutang
Piutang timbul apabila perusahaan (atau seseorang) menjual
barang atau jasa kepada perusaahaan lain (atau orang lain) secara kredit.
Piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si
pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi. Pada umumnya piutang timbul
karena adanya transaksi penjualan secara kredit.
Dalam praktek dikenal dua jenis piutang, yaitu
a)
Piutang Dagang
Piutang
dagang adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh si pembeli kepada perusahaan.
Piutang dagang umumnya berjangka waktu kurang dari satu tahun. Oleh karena itu
piutang dagang dalam neraca dilaporkan sebagai aktiva lancar.
Masalah – masalah akuntansi yang bersangkutan dengan
piutang dagang meliputi tiga hal, yaitu:
Dimisalkan pada tanggal 1 juli 2008 perusahaan dagang merapi
menjual barang kepada perusahaan Merbabu seharga Rp. 100.000 dengan termin
2/10, n/30. Pada tanggal 5 juli, barang seharga Rp. 10.000 di kembalikan oleh
perusaah Merbabu kepada perusahaan Merapi. Tanggal 11 juli, perusahaan Merapi
menerima pembayaran dari perusahaan Merbabu sebesar saldo tagihannya. Potongan
tunai biasanya diberikan oleh produsen (pabrik) kepada grosser (pedagang besar)
atau dari grosser kepada took-toko pengecer yang umumnya merupakan langganan
dan transaksinya dilakukan dalam partai besar. Potongan tunai 4 semacam ini
tidak pernah kita jumpai dalam transaksi penjualan dari toko pengecer kepada
konsumennya.
Apabila piutang dagang telah dicatat dalam pembukuan,
persoalan berikutnya adalah bagaimana melaporkan piutang dagang dalam neraca.
Merunut Prinsip Akuntansi Indonesia, piutang dagang harus dicatat dan
dilaporkan sebesar nilai kas (neto) yang bias direalisasi yaitu jumlah kas
bersih yang diperkirakan dapat diterima. Jumlah atau nilai kas bersih yang
dapat diterima adalah jumlah piutang bruto setelah dikurangi dengan taksiran
jumlah (nilai) piutang yang tidak dapat diterima. Oleh karena itu penentuan
nilai kas bersih yang diterima memerlukan penaksiran jumlah piutang yang tidak
akan dapat diterima.
Penjualan secara kredit akan menguntungkan perusahaan karena
lebih menarik bagi calon pembeli sehingga volume penjualan meningkat yang
berarti menaikkan pendapatan perusahaan. Di lain pihak penjualan secara kredit
seringkali mendatangkan kerugian, yaitu apabila si debitur tidak mau atau tidak
mampu melaksanakan kewajibannya. Kerugian ini dalam akuntansi dikenal dengan
berbagai nama, seperti kerugian piutang, biaya piutang tak tertagih, dan
biaya piutang ragu-ragu. Dalam akuntansi, kerugian akibat piutang tak dapat
ditagih dicatat dengan menebet rekening kerugian piutang. Kerugian semacam itu
dalam dunia usaha dianggap sebagai hal yang normal dan merupakan risiko yang
sudah selayaknya bagi perusahaan yang melakukan penjualan secara 5 kredit.
Ditinjau dari sudut pandang manajemen, adanya kerugian piutang dalam jumlah
yang wajar menunjukkan bahwa kebijakan kredit yang ditetapkan perusahaan sudah
tepat. Kerugian piutan gyang terlalu rendah memberikan petunjuk bahwa kebijakan
kredit perusahaan terlalu ketat, sebaiknya kerugian piutang terlalu tinggi
dapat diartikan bahwa kebijakan kredit perusahaan terlalu longgar.
Pencatatan kerugian piutang dapat dilakukan dengan dua
metode, yaitu ;
Ø Metode cadangan
Digunakan apabila kerugian piutang
yang biasa terjadi, cukup besar jumlahnya. Tiga hal penting yang perlu
diperhatikan dalam penerapan metode ini adalah sebagai berikut:
- Kerugian
piutang tak tertagih ditentukan jumlahnya melalui taksiran dan
ditandingkan (matched) dengan penjualan pada periode akuntansi yang sama
dengan periode terjadinya penjualan.
- Jumlah
piutang yang ditaksir tidak akan dapat diterima dicatat dengan mendebet
rekening kerugian piutang dan mengkredit rekening cadangan kerugian
piutang.
- Kerugian
piutang yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan mendebet rekening
cadangan kerugian piutang dan mengkredit rekening piutang dagang pada saat
suatu piutang dihapus dari pembukuan.
Ø
Metode Penghapusan Langsung
Apabila perusahaan menggunakan
metode penghapusan langsung, maka jumlah kerugian piutang tidak perlu ditaksir
dan dalam pembukuan tidak digunakan rekening cadangan kerugian piutang. Apabila
suatu piutang diyakini tidak akan dapat ditagih lagi, maka kerugian akibat
piutang tersebut langsung dideberkan ke dalam rekening kerugian piutang dan
rekening piutang dagang dikredit.
Dalam metode penghapusan langsung,
rekening kerugian piutang hanya akan menunjukkan jumlah kerugian yang
sesungguhnya diderita, dan piutang dagang akan dilaporkan dalam neraca sebesar
jumlah brutonya. Selain itu, biaya (kerugian) seringkali dilaporkan pada
periode yang berbeda dengan periode penjualannya. Dengan demikian ditinjau dari
konsep penandingan (Matching Concept), metode ini tidak memberikan gambaran
penandingan yang tepat dalam laporan rugi-laba. Do pihak lain neraca perusahaan
juga tidak memberikan gambaran tentang nilai tunai piutang yang dapat
direalisasi. Oleh karena itu, metode penghapusan langsung tidak diakui untuk
pelaporan keuangan, kecuali bila kerugian piutang kecil sekali jumlahnya.
Perusahaan-perusahaan yang memiliki
piutang dalam jumlah besar seringkali berusaha untuk mempercepat penerimaan kas
dari piutangnya dengan cara menjual atau mengalihkan piutang tersebut kepada
perusahaan lain sehingga dapat segera memperoleh kas, dan dengan demikian
memperpendek jarak siklus operasi dari kas ke kas.
Perusahaan bersedia untuk mengalihkan piutang kepada pihak
lain karena beberapa alasan:
- dalam
situasi uang ketat perusahaan sulit mendapatkan pinjaman untuk memenuhi
kebutuhan kasnya, selain itu tingkat bunga pinjaman juga cukup tinggi,
oleh karena itu piutang sedapat mungkin harus segera diubah menjadi kas
meski tidak melalui cara yang biasa.
- penagihan
piutang seingkali memakan waktu yang cukup lama dan kadang-kadang
memerlukan biaya yang cukup besar, oleh karena itu perusahaan bersedia
menerima kas yang lebih kecil dari jumlah yang seharusnya diterima dari
piutang, asalkan kas dapat diterima lebih cepat.
- Penjualan
dengan Kartu Kredit
Dalam penjualan biasa, terdapat dua
pihak yang melakukan transaksi yaitu penjual dan pembeli. Apabila penjualan
dilakukan dengan kartu kredit, maka terdapat tiga pihak yang terlibat yaitu:
- Penjual,
- Penerbit
Kartu Kredit,
- Pembeli.
Ditinjau dari sudut pembeli, apabila
pembelian dilakukan dengan menggunakan kartu kredit, maka penerbit kartu kredit
akan membayar kepada penjual sebesar harga barang yang dibeli. Ditinjau dari
pihak penjual, apabila penjual dilakukan dengan kartu kredit, maka penjual
tidak mempunyai piutang kepada pembeli, melainkan dialihkan kepada penerbit
kartu kredit.
Keuntungan yang diperoleh pihak penjual apabila penjualan
dilakukan dengan kartu kredit adalah:
- Penyelidikan
mengenai identitas dan bonafiditas pembeli dilakukan oleh penerbit kartu
kredit. Penjualan tidak perlu lagi bersusah payah melakukan hal ini
sebagaimana terjadi pada penjualan kredit biasa.
- Penjual
tidak perlu lagi menyelenggarakan buku pembantu piutang yang berisi
catatan piutang kepada asing-masing pembeli (debitur)
- Penjualan
tidak lagi terlibat dalam proses penagihan kepada pembeli karena hal itu
akan dilakukan oleh penerbit kartu. Penjual hanya berhubungan dengan
penerbit kartu kredit yang pelaksanaannya jauh lebih mudah dan sederhana.
- Penjual
dapat menerima kas lebih cepat dari penerbit kartu kredit.
Untuk jasa yang diberikan oleh penerbit kartu, penjual harus
membayar uang jasa (fee) kepada penerbit kartu yang besarnya berkisar antara 2%
sampai 6% dari harga faktur. Uang jasa ini merupakan biaya yang harus dibayar
oleh pihak penjual, namun penjual umumnya tidak keberatan karena adanya
keuntungan-keuntungan di atas.
b) Piutang Wesel
Piutang wesel atau piutang
pendapatan (pendapatan yang masih akan diterima) dan dari aktiva lain adalah
piutang yang tidak timbul dari penjualan sehari-hari, karena piutang dagang
berkaitan erat dengan operasi perusahaan yang utama. Piutang wesel lebih formal
dari piutang dagang. Piutang wesel bisa juga timbul karena transaksi peminjaman
uang.
Wesel surat perintah yang ditulis
oleh orang yang mempunyai tagihan, dialamatkan kepada orang yang berutang,
meminta agar jumlah uang yang tertulis dalam surat tersebut dibayar pada
tanggal yang telah ditetapkan, kepada orang-orang yang namanya tertulis dalam
surat tersebut.
Bentuk surat wesel bisa
bermacam-macam, asalkan memenuhi ketentuan-ketentuan yang termuat pada pasan
100 KUHD yang memberikan batasan-batasan sebagai berikut:
- Di
dalam surat wesel harus terdapat tulisan “surat wesel”.
- Surat
wesel adalah perintah tak bersyarat untuk membayar uang sejumlah tertentu.
- Disebutkan
nama orang yang harus membayar.
- Ditentukan
hari jatuh tempo atau hari pembayarannya.
- Disebutkan
tempat pembayarannya.
- Disebutkan
nama orang yang ditunjuk.
- Dicantumkan
tanggal dan tempat penarikan (pembuatan) surat wesel.
- Dibubuhi
tandatangan orang yang menarik wesel.
Penandatangan wesel oleh pihak
tertarik disebut akseptasi yang berarti pengakuan dari pihak tertarik bahwa ia
mengetahui akan kewajibannya untuk membayar wesel sebagaimana tersebut dalam
surat wesel tersebut. Akseptasi atau tandatangan persetujuan dicantumkan pada
bagian pinggir atau di bagian bawah surat wesel. Dengan demikian dalam surat
wesel terdapat tiga pihak, yaitu: penarik, tertarik, dan pemegang wesel.
Wesel Berbunga dan Wesel Tidak
Berbunga
Wesel dapat dibedakan menjadi :
- wesel
berbunga adalah wesel yang disebutkan suatu tingkat bunga tertentu
(biasanya dinyatakan dalam persen). Pada wesel berbunga perlu dicatat
dengan jelas mengenai jumlah bunga yang diperhitungkan.
- wesel
tidak berbunga adalah wesel yang tidak menyebutkan suatu tingkat bunga
tertentu. Pada wesel tidak berbunga tidak diperlukan pencatatan atas
bunga.
Penyelesaian dan Pengalihan Piutang
Wesel
Surat wesel adalah surat berharga
yang bisa dipindahtangankan, artinya wesel bisa dialihkan dari suatu perusahaan
atau seseorang kepada perusahaan atau orang lain dan dengan demikian bias
dijual untuk mendapatkan kas. Untuk mendapatkan uang dengan cepat, pemegang
saham kadang-kadang menjual piutang wesel kepada pihak ain sebelum tanggal
jatuh wesel. Pemegang wesel mengalihkan wesel dan menyerahkannya kepada pembeli
(biasanya sebuah bank), yang selanjutnya akan menerima pelunasan wesel sebesar
nilai jatuhnya pada tanggal jatuh wesel tersebut.
Penjualan piutang wesel sebelum
tanggal jatuhnya disebut pendiskontoan piutang wesel karena pemegang wesel akan
menerima pembayaran yang jumlahnya lebih kecil daripada nilai jatuh wesel yang
bersangkutan. Harga jual wesel yang lebih rendah ini akan menyebabkan pendapatan
bunga yang diterima pemegang wesel manjadi berkurang. Hal ini wajar, karena
bagian pendapatan bunga yang tidak jadi diterima ini merupakan harga yang harus
dibayar untuk penerimaan kas yang lebih cepat dari tanggal seharusnya (tanggal
jatuh wesel).
Piutang Wesel Dengan Angsuran
Piutang yang pembayarannya diangsur
selama jangka waktu wesel disebut piutang wesel karena wesel ini memiliki
periode untuk mengangsur pokok pinjaman dan bunga selama jangka waktu tertentu
di masa yang akan dating. Setiap penerimaan angsuran akan terdiri dari
- bunga
dari pokok pinjaman yang beluum dibayar
- pengurangan
atas pokok pinjaman.
Pendapatan bunga setiap periode angsuran semakin menurun,
sedangkan angsuran pokok pinjaman semakin bertambah.
Piutang wesel dengan angsuran pada
saat timbul akan dicatat sebesar nilai nominalnya, dan selanjutnya dibuat
jurnal untuk mencatat angsuran yang telah dilaksanakan. Piutang wesel dengan
angsuran dan wesel jangka panjang lainnya biasanya dijamin dengan suatu
hipotik, artinya pinjaman dijamin dengan kekayaan tertentu milik peminjam.
Apabila peminjam tidak melaksanakan kewajibannyam maka jaminan dapat dijual
agar pelunasan tetap berjalan sebagaimana diperjanjikan.
Penyajian Piutang Dalam Neraca
Apabila perusahaan mempunyai
berbagai jenis piutang, maka dalam neraca piutang harus diklasifikasikan
menurut jenisnya, atau dalam catatan atas laporan keuangan. Wesel jangka pendek
(kurang dari setahun) dicantumkan dalam neraca dibawah inbestasi sementara pada
bagian aktiva lancer. Selain itu, piutang wesel juga harus dilaporkan dalam
jumlah bruto maupun cadangan kerugian piutangnya.
Menetapkan kebijakan
penagihan
-
Prosedur penagihan agar pelanggan membayar tepat waktu.
-
Periode pengumpulan yang meningkat akan meningkatkan cost of bad debt à
walaupun peningkatan efektivitas pengumpulan akan menaikkan biaya pengumpulan
piutang, tapi diharapkan dapat mengurangi cost of bad debt sehingga
dapat menambah profit.
Kebijakan penagihan
(collection policy) mengacu pada prosedur-prosedur yang digunakan untuk menagih
piutang yang lewat tempo. Misalnya, surat tagihan bisa dikirimkan kepada setiap
pelanggan yang menunggak 10 hari, surat teguran yang diikuti pembicaraan lewat
telepon, bisa diberikan jika pembayaran belum diterima dalam 30 hari dan
piutang tersebut dialihkan kepada perusahaan penagih (collection agency)
setelah 90 hari.
Proses penagihan itu bisa mahal
dalam pengertian biaya yang jarus dikeluarkan maupun pengertian kehilangan
hubungan baik (pelanggan tidak senang utangnya dialihkan ke perusahaan penagih.
Akan tetapi, setidaknya sikap tegas diperlukan guna mencegah penguluran waktu
pembayaran serta kerugian yang akan diderita. Keseimbangan biaya dan manfaat
harus selalu dipertimbangkan dari berbagai kebijakan penagihan yang berbeda.
II.
PEMANTAUAN
§ Adalah
proses evaluasi kebijakan kredit yang telah dijalankan, khususnya bila terjadi
perubahan pola pembayaran pada pelanggan.
§ Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah:
1. Tingkat
Penjualan Harian (Day’s Sales
Outstanding).
Rasio piutang terhadap penjualan harian. Penjualan
harian adalah rata-rarta penjualan sepanjang periode waktu yang terakhir.
Periode rata-ratanya bisa 30 hari, 60 hari, 90 hari, atau periode lain yang
relevan.
DSO naik à
pelanggan lambat membayar kewajiban & menjadi indikasi kredit macet.
DSO menurun bila
piutang usaha menurun à
disebabkan penerimaan yang lebih cepat, atau turunnya penjualan akibat kondisi
ekonomi yang melesu.
2. Skedul
Umur Piutang (Aging Schedule).
Skedul
umur piutang ( aging schedule ) adalah suatu laporan yang menunjukkan berapa
lama piutang usaha telah beredar. Skedul
Umur Piutang adalah persentasi dari piutang dagang akhir kuartal dalam kelompok
umur yang berbeda. Istilah kelompok umur di sini merupakan periode waktu di mana
piutang dagang terjadi sejak waktu penjualan. Skedul Umur Piutang yang baik
menunjukan persentase yang kecil piutang dagang akhir kuartal dari penjualan
yang lama, dengan persentase yang tinggi berdasarkan penjualan bulan-bulan yang
terakhir.
Tabel berisi
informasi tentang umur, jumlah, proporsi, dan periode penagihan piutang
usaha.
Tabel
1. Skedul Umur Piutang
UMUR
(HARI)
|
JUMLAH
|
PROPORSI
|
PERIODE
PENAGIHAN (HARI)
|
0 – 30
|
Rp
405.000.000,-
|
45%
|
20
|
31 – 60
|
Rp 450.000.000,
|
50
|
51
|
61 –
90
|
Rp 27.000.000,
|
3
|
80
|
>90
|
Rp 18.000.000,
|
2
|
96
|
Rp 900.000.000,
|
·
Misalkan Perusahaan
menetapkan batas waktu pembayaran piutang 30 hari.
·
DSO Rata-rata = 45%
(20) + 50% (51) + 3% (80) + 2% (96) = 38,82 hari = 39 hari.
·
Pelanggan yang
membayarnya hingga batas akhir hanya mencapai 45%. Sisanya tergolong pelanggan
yang membayar melebihi batas waktu penagihan dimana rata-rata pelanggan
membayar kewajibannya pada bulan kedua dari batas waktu penagihan.
·
Pola penerimaan
penagihan piutang usaha kurang baik karena > 50% tergolong sebagai pelanggan
yang tidak tepat waktu à
Perusahaan perlu mengkaji ulang kebijakan kreditnya secara menyeluruh.
III.
ANALISIS
PERUBAHAN KEBIJAKAN PIUTANG USAHA
Menentukan
apakah syarat kredit yang berlaku saat ini perlu diubah.
Alat
analisis:
1.
Investasi rata-rata
dalam piutang (average investment).
Dana yang tertanam di
dalam piutang dalam 1x perputaran, dimana nilainya tergantung jumlah penjualan
& periode kredit. Semakin lama periode kredit, semakin besar dana yang
tertanam dalam piutang, & sebaliknya.
Average investment = Total
cost of sales / Receivable turnover
2. Perputaran Piutang.
Receivable
turn over =
360 hari / Periode Kredit
3.
Biaya tambahan investasi (cost of marginal investment).
Tambahan dana akibat keterlambatan
pengumpulan piutang dari periode yang ditargetkan. Perpanjangan perode kredit
dilakukan jika dapat menaikkan penjualan, sehingga tambahan profit yang
diperoleh > cost of marginal investment.
Cost Marginal
Investment = Rate of return x Marginal investment
4.
Cost of bad debt (biaya piutang ragu-ragu atau piutang tak tertagih).
Cost of bad debt = Persentase piutang
ragu-ragu x penjualan
5.
Cost of cash discount.
Biaya
yang timbul karena kebijakan diskon untuk pelanggan.
Cost
of cash discount =
Persentase cash discount x Penjualan dalam periode tersebut
§ Pendekatan
yang digunakan dalam analisis perubahan kebijakan piutang usaha:
1. Pendekatan
Nilai (Net Present Value).
Model
Sartoris-Hill.
Membandingkan
nilai sekarang arus kas masuk dari piutang usaha dengan arus kas keluar dari
biaya.
2. Pendekatan
Pertambahan laba.
Membandingkan
pertambahan pendapatan dengan pertambahan biaya.
PENDEKATAN
NILAI
P
= harga perunit
C
= biaya (cost) perunit
Q
= penjualan harian
b
= tingkat kerugian piutang tak tertagih (bad debt)
t
= periode pengumpulan
k
= tingkat bunga harian
Resiko kredit adalah resiko tidak
terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para langganan. Oleh karena itu
banyak perusahaan yang berusaha mengurangi resiko kredit dengan memperhatikan
lima “C” sebelum memberikan persetujuan kredit. Lima C yaitu: Character,
Capacity, Capital, Collateral dan Conditions
Perputaran piutang (receivable
turnover) dipengaruhi oleh syarat pembayaran dan kecenderungan debitur untuk
menepati janji pembayarannya. Apabila rata-rata hari pengumpulan piutang lebih
lama dari batas pembayaran, maka cara pengumpulan piutang kurang efisien.
Jenis-Jenis Piutang
Sumber :